26 Apr 2013

Ibadah : Berdasar Dalil Yang Sahih Atau Berdasar Perintah Alloh SWT



Diskusi :

Ibadah : Berdasar Dalil Yang Sahih Atau Berdasar Perintah Alloh SWT?

Tulisan ini adalah diskusi yang berlangsung di Facebook grup Pengajian Al Islam Solo. Diskusinya cukup menarik dan silahkan pembaca menyimpulkannya sendiri.

Idris Madjidi
Seorang teman mengatakan bhw beribadah kpd Alloh SWT harus ada dalilnya yg sahih, kalau tidak itu namanya bid'ah.
Teman yg lain menyampaikan bhw beribadah kpd Alloh itu mengikuti perintah Alloh SWT dan RasulNya SAW. bukan mengikuti perintah hawa nafsunya.

Ahmad Nasyith kalu rujuk pd hadits dlm kitab Tijan nya Mbh Ghozali, hadits no.125 disebutkan dlm hadits riwayat Nasai, Ibn Majah & Ahmad dari Jabir bin abdillah bhw " kulla muhdastatin bid'ah ". Jadi Bid'ah adalah setiap apa yg termasuk MUHDAST (bentuk jama' dari kata IHDAST).
Lalu dlm kitab yg sama pada hadits no. 182 riwayat Thabrani & Durat Mansur dari Ibn Abbas disebutkan bhw IHDAST fi ad-dien adalah idzaa 'amiluu bi ar-ra'yi (ketika melakukan amal dgn dasar ra'yu). Lalu Rasulullah menyampaikan bhw "laa ra'ya fi ad-dien" (tidak ada ra'yu dlm agama) sungguh agama itu adalah dari Allah, perintah Nya & larangan Nya.
Maka dlm ber-agama dgn agama Allah itu hanya ada DALIL NAQLI, sedangkan AQLI harus digunakan utk memahami DALIL NAQLI dgn senantiasa tunduk/rujuk sesuai dgn arahan & batasan yg diterangkan dlm petujuk Allah yg diajarkan Rasulullah. Jadi memakai AQLI bukan dgn cara semaunya sndiri dlm memahami NAQLI, apalagi sampai mensejajarkan antara NAQLI dgn AQLI dlm kapasitasnya sbg dalil dlm agama Allah.

Ahmad Nasyith jadi seorang abdi Allah itu ketika sholat menghadap ke ka'bah itu bukan krn mengikuti aql nya, tapi krn mengikuti dalil naqli. sedangkan menentukan arah yg tepat dari tempat sholat yg jauh ke titik ka'bah, maka si abdi Allah akan menggunakan aql nya agar tidak salah arah >>> jadi aql itu hanyalah sbg wasilah (alat) dlm memenuhi apa yg diperintah atau dilarang dlm dalil NAQLI.
Maka membuat golongan/kelompok sendiri-sendiri krn adanya beda pendapat ttg suatu perkara dlm mnegakkan agama Allah, berdasarkan AQL mrk yg mengatakan bhw akan lebih baik jalan masing2 dgn lembaganya masing2 yg beranggotakan orang2 yg sama visi & misinya, krn akan lebih solid dan fokus dlm mencapai tujuan. Yang penting masing2 lembaga bisa saling menghargai & menghormati dan jgn saling menyalahkan. >>>> padahal Allah jelas2 memerintah agar berjama'ah & tidak membuat pecahan2 (dgn berbagai model & bentuk pecahan) >>> yg begini inilah yg lebih mengikuti AQL drpada NAQL
mestinya AQL nya digunakan utk mencari solusi agar tetap bisa menegakkan agama Allah dgn tanpa harus jatuh kpd larangan Allah sehingga merusak JAMA'AH dgn membuat pecahan2.

Ahmad Nasyith bahkan mungkin ada juga yg ikut2an bikin kelompok/lembaga sendiri bukan krn adanya beda pendapat, tapi hanya krn keinginan diri utk punya kelompok dan jadi pemimpin yg disegani anggotanya.
wal iyaadu billaah.....

Idris Madjidi Saya kira dua pendapat itu benar. Tetapi pendapat bahwa setiap amal ibadah harus menggunakan dalil naqli adalah tafsir atau satu dari beberapa penerapan dari pendapat kedua.

Idris Madjidi Tidak setiap muslim memahami dalil naqli, krn keterbatasannya. Misal seorang muslimah menyusui anaknya, lebih sering karena nalurinya untuk mengasihi anaknya, dibandingkan krn dalil naqli untuk menyusui anaknya. Jadi ibu tadi sebenarnya sudah memenuhi perintah Alloh dan RasulNya yg melalui ilham di hatinya dan tanpa hawa nafsunya.

Ahmad Nasyith "naluri" utk menyusui itulah fitrah seoarang Ibu yg juga adalah bagian dari "kholqu" nya Allah. ( kholqu Allah = bada-a, shana'a, ja'ala, kholaqo, fathara ), tapi sampai pd pemahaman bhw hal itu adalah merupakan "fitrah" Allah pemilik al-qur'an dan krn pengkuan itu kmd dirinya mau "tunduk" (aslama wajhahu) kpd Allah pemilik al-qur'an, maka hal ini tidak merupakan output naluriyah tapi justru menjadi "ujian" bg setiap manusia utk mau mengakui Allah pemilik al-qur'an sbg Sang Pecipta fitrah tsb sebagimana yg telah diwahyukan oleh Allah melalui al-qur'an & penjelasan Rasulullah, atau justru malah "ingkar" (mengingkari wahyu Allah, al-qur'an dan Rasulullah) dan lebih memilih allah yg lain sesuai selera "naluri" nya.
Idris Madjidi Jadi yg penting adalah mengikuti perintah Alloh dan RasulNya bukan mengikuti hawa nafsunya, yg perintah itu bisa melalui Ibunya, Bapaknya, Gurunya dst. Mengetahui dalil dari perintah itu akan menjadikannya lebih sempurna.

Pertanyaan :

Apa dalilnya yang sahih bahwa beribadah kepada Alloh itu harus berdalil dengan dalil yang sahih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar