Diskusi
Isrok dan Mikraj Nabi Muhammad SAW, dengan Ruh/Jiwa & Jasad atau dengan Ruh/Jiwa Saja?
Berikut ini adalah statusku di Facebook yg aku sampaikan
tgl. 17 Juni 2012, yang telah ditanggapi oleh para kerabat dan sahabat.
Silahkan dibaca dan disimpulkan sendiri hasilnya.
Idris Madjidi
Nabi
Muhammad SAW diperjalankan oleh Alloh SWT dalam Isrok dan Mikraj. Sebagian
kalangan meyakini perjalanan itu dilaksanakan dengan ruh/jiwa dan jasad Nabi
SAW, sebagian lagi hanya meyakini perjalanan itu dilaksanakan dengan ruh/jiwa
saja.
Bagaimana pendapat para kerabat dan sahabat?
Bagaimana pendapat para kerabat dan sahabat?
Nita Permata K kalo menurut saya Om,
beliau berangkat bersama jiwa dan raga, lalu memasuki pembelokan ruang dan
waktu, dalam artian melakukan warp dalam perjalanannya.
Idris Madjidi , Nita Permata K, tks atas komentarnya. Sebagian hujjah atau
argumen dari kalangan yg meyakini perjalanan itu dilaksanakan dengan ruh/jiwa
dan jasad Nabi SAW, kalau Alloh yg Maha Kuasa, maka segalanya menjadi mungkin. Kalau
perjalanan itu hanya dengan ruh/jiwa, maka tidak akan menimbulkan kontroversi
ketika beliau menceritakan kisah itu. Saat itu sebagian kecil yg sudah muslim
menjadi murtad.
Ihsan Hariadi mas Idris Madjidi , kalau saya lebiih 'menyukai' penjelasan bhw
itu hanya melibatkan ruh dan jiwa beliau. dan inti terpenting Isra' Mi'raj adalah
perintah sholat 5 waktu.
Idris Madjidi Kalau Mas Ihsan Hariadi, berpendapat begitu hujjahnya bagaimana? Menurut Mas
Ihsan itu yg terpenting, apa tidak ada hal-hal lain yg penting?
Ihsan Hariadi hujjah-nya a.l. penjelasan yg versi itu berdasarkan 1
hadits yg diriwayatkan Siti Aisyah, isteri beliau sendiri. Hadith yg ini isinya
memang berlawanan dg hadith-2 lainnya.
Matrikindo Ramli Sependapat,bahwa perjalanan nabi waktu dgn ruh dan jiwa
saja.krn memberikan wahyu padanya.dan rahasia ilahi.
Ihsan Hariadi Tapi saya mungkin kurang berminat membahas
hal-2 spt ini. Lebih baik ummat Islam berusaha menjalankan perintah Sholat 5
waktu dgn sebaik-nya, serta membayar zakat utk pemberdayaan masyarakat.
Idris Madjidi Kalau menurut ilmu statistik mungkin kalau 1 fakta
bertentangan dg banyak fakta yg lain, bisa jadi 1 fakta itu bisa diabaikan.
Sependapat bahwa sholat 5 waktu dan berzakat itu penting dan wajib.
Ada beberapa hal yg bisa kita pelajari dari kejadian Isrok dan mikraj itu. a.l :
Perjalanan Nabi itu dijadikan teladan dalam perjalanan hidup kaum mukmin, bahkan dikatakan bahwa sholat adalah mikrajnya mukminin.
Dalam perjalanan itu, kesucian dipersyaratkan, sebagaimana hati Nabi dibersihkan terlebih dulu oleh malaikat Jibril. Dlm perjalanan itu Nabi SAW diantar oleh Malaikat Jibril (berjamaah), perjalanan mukmin seharusnya berjamaah dengan imamnya. Tanpa jamaah itu dikatakan jahiliyah alias bodoh atau tidak tahu arah /tujuan perjalanan. dst. mungkin para sahabat/kerabat bisa menambahkan atau mengkoreksinya. silahkan.
Sependapat bahwa sholat 5 waktu dan berzakat itu penting dan wajib.
Ada beberapa hal yg bisa kita pelajari dari kejadian Isrok dan mikraj itu. a.l :
Perjalanan Nabi itu dijadikan teladan dalam perjalanan hidup kaum mukmin, bahkan dikatakan bahwa sholat adalah mikrajnya mukminin.
Dalam perjalanan itu, kesucian dipersyaratkan, sebagaimana hati Nabi dibersihkan terlebih dulu oleh malaikat Jibril. Dlm perjalanan itu Nabi SAW diantar oleh Malaikat Jibril (berjamaah), perjalanan mukmin seharusnya berjamaah dengan imamnya. Tanpa jamaah itu dikatakan jahiliyah alias bodoh atau tidak tahu arah /tujuan perjalanan. dst. mungkin para sahabat/kerabat bisa menambahkan atau mengkoreksinya. silahkan.
Ahmad Nasyith Ttg sholat adlh mi'rajul mukminin, memang benar ada
haditsnya, tetapi sholat itu jg bisa dilakukan sendirian (tdk berjama'ah), dan
tetap syah asalkan sesuai dgn syarat & rukunya.
Ttg bersihnya hati, maka petunjuk qur'an dan hadits banyak yg menjelaskan hal ini dgn lebih jelas dan detil, bukan sebatas "kiasan" dr kisah isro' & mi'raj. Krn tentu sucinya hati itu tidak harus difahami dgn membedah hati lalu mencucinya dgn air dan kmd dikembalikan lg ke dlm dada.
Ttg bersihnya hati, maka petunjuk qur'an dan hadits banyak yg menjelaskan hal ini dgn lebih jelas dan detil, bukan sebatas "kiasan" dr kisah isro' & mi'raj. Krn tentu sucinya hati itu tidak harus difahami dgn membedah hati lalu mencucinya dgn air dan kmd dikembalikan lg ke dlm dada.
Ahmad Nasyith Ttg diantarkanya oleh malaikat dlm perjalanan isro' &
mi'roj itu bisa saja "dimaknai" adanya jama'ah, tetapi tentu banyak
rujukan qur'an dan hadits lainya yg lebih detail dan jelas dlm menjelaskan ttg
jama'ah, ketimbang "kiasan" yg diambil dlm peristiwa isro' &
mi'roj. Krn dlm hadits tsb malaikat jibril hanya menjalankan tugas dr Allah utk
menjemput dan mengantar Rasulullah, tdk ada penjelasan bhw Jibril lalu menjadi
imam Rasulullah dlm perjalanan itu.
Ayat mutasyabbih memang bisa mengayakan wawasan bg seorang yg "raasikhuuna fil 'ilm", tetapi dlm mengambil hujjah tetap agar menggunakan ayat yg muhkam, agar tdk terjadi "ta'wil" yg bisa menimbulkan fitnah. (QS 3:7)
Ayat mutasyabbih memang bisa mengayakan wawasan bg seorang yg "raasikhuuna fil 'ilm", tetapi dlm mengambil hujjah tetap agar menggunakan ayat yg muhkam, agar tdk terjadi "ta'wil" yg bisa menimbulkan fitnah. (QS 3:7)
Ahmad Nasyith Kalu dlm QS 17:4 setelah Allah menerangkan ttg peristiwa
isro' & mi'roj, Allah justru kmd mengingatkan ttg bani isroil yg akan
melakukan 2 kali kerusakan besar di bumi. Bani Isroil adlh begitu mengidolakan
Musa yg jg di isro'kan Allah dr mesir ke palestina, dan Musa adlh jg Rasulullah
yg "bercakap-cakap" lgsung dgn Allah.
Maka ummat muslim yg memiliki Rasulullah yg "seperti" Musa, jgn sampai menjadi spt bani isroil yg lebih suka mengikuti "angan2" mrk sambil meninggalkan petunjuk Allah, dan lebih suka mengagung-agungkan para imam, org suci & rahib2 mrk shg menjadi "arbaab min duunillah"
Maka ummat muslim yg memiliki Rasulullah yg "seperti" Musa, jgn sampai menjadi spt bani isroil yg lebih suka mengikuti "angan2" mrk sambil meninggalkan petunjuk Allah, dan lebih suka mengagung-agungkan para imam, org suci & rahib2 mrk shg menjadi "arbaab min duunillah"
Sisil Azizah Waduhh semuanya pada pinter2 ya...tapi janganlah sering
berselisih, nga enak dibacanya @Mas Majid : kapan ke jakarta lagi?, kita2 semua rindu nih.....
Ahmad Nasyith Blm pinter kok mbk sil, makanya msh ingin utk saling
mempelajari pemahaman masing2, إنشاء لله. Banyak manfaat dan pengetahuan yg bisa
diambil oleh siapa saja yg mau membaca dan ikut mengoreksi jk memang ada yg
keliru...dan justru jgn mbk sil lihat sbg "perselisihan"
Idris Madjidi Hampir semua kaum
muslim percaya kalau seorang nabi itu bisa dianugerahi mukjizat oleh Alloh SWT,
contoh Nabi Ibrahim diberiNya mukjizat,
tidak terbakar walaupun dibakar oleh raja Namrut; Nabi Musa diberiNya
mukjizat, dengan pukulan tongkat kayunya bisa membelah laut merah, dalam
usahanya meloloskan diri dari kejaran Fir’aun, dan Nabi lain yg diberi mukjizat
yg lain. Semua mukjizat itu tidak
akan dapat dicerna dengan akal manusia biasa. Seorang mukmin akan meyakini
kebenaran mukjizat itu.
Peristiwa perjalanan Nabi Muhamad dalam isro mikroj memang sulit dicerna
oleh akal manusia biasa bila perjalanan itu melibatkan jiwa dan raga Nabi
Muhammad SAW. Tetapi bila peristiwa itu diyakini sebagai mukjizat seorang Nabi
SAW, maka semua yang tidak masuk akal akan menjadi gampang untuk diyakini oleh
kaum yang beriman kepada Alloh SWT dan NabiNya SAW.
Mumpung kita diberi waktu libur isrok mikroj, maka lebih baik kita
mentafakuri peristiwa itu dan menjadikan sebagai pelajaranb bukannya malah
melupakannya atau mengecilkan makna peristiwa itu.
Kalau kita meyakini hidup ini adalah perjalanan lahir dan batin, maka
seharusnya kita banyak mengambil pelajaran dari peristiwa perjalanan isrok
mikroj ini.
Dalam sholat dianjurkan berjamaah begitu pula dalam perjalanan. Sholat bisa
sendirian, tetapi lebih baik berjamaah. Bisa jadi seorang mukmin terlihat
sholat sendirian, tetapi dia bisa niatkan berjamaah dengan hamba Alloh yang
lain, sehingga tercapai mikroj. Karena mikroj adalah suatu perjalanan yg
memerlukan penunjuk jalan.
”Ttg bersihnya hati, maka petunjuk qur'an
dan hadits banyak yg menjelaskan hal ini dgn lebih jelas dan detil, bukan
sebatas "kiasan" dr kisah isro' & mi'raj”. Memang benar tulisan
Nasit itu, tetapi kita sedang diskusi mengenai peristiwa isrok mikroj. Jadi sangat relevan kalau
syarat kebersihan hati itu diperlukan dalam perjalanan jiwa raga. Kecuali kalau
niatnya ingin menafikan atau mengecilkan arti perjalanan itu
Mengenai ayat mutasyabihat, jangan terlalu gampang menuduh orang lain
menggunakan ayat mutasyabbihat kalau memang belum tahu
tafsirnya. Kecuali kalau Alloh dan RasulNya sudah menunjuk ayat-ayat tertentu
sebagai mutasyabbihat. Tolong berikan saya ayat atau hadis shahih yg ada
identifikasi ayat-ayat mutasyabbihat itu.
“Laqad jaa akum rasulum min anfusikum AZIZUN
alaihi ma anittum HARISHUN alaikum bil mukminina RAUFUN ROHIM ” dan QS 68:4 “Innaka la ala khuluqin ADHIM” adalah
pujian Alloh kepada Nabi Muhammad.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (TQS 33:21).
Mengidolakan, meneladani sbg uswatun hasanah kpd Nabi SAW itu justru diperintakan oleh Alloh SWT.
Yang dilarang adalah menuhankan nabi. Penuhanan nabi yg sangat dimurkai Alloh
adalah penuhanan Nabi Uzair hamba Alloh
dan Nabi Isa hamba Alloh, oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Suatu kaum
dimurkai bukan karena mengidolakan nabinya, tetapi karena memusyrikkan Allah
dengan makhlukNya dan/atau melanggar hukum-hukumNya. Meneladani nabi itu bukan
berangan-angan.
Sisil dan Nasith, saya kira kita ini tidak sedang berselisih tetapi
berdiskusi, atau adu pendapat. Nashit itu memang sudah pintar. Pintar
memberikan dalil dan pendapat. Maka saya sarankan Nasith ini supaya membuat
tulisan yang lengkap dalam sebuah blog. Saya juga menganjurkan supaya tulisan ide dan cita-citanya termasuk
realisasinya.
Di mana blognya, nanti saya akan baca, insya Alloh dan saya berikan kritik
untuk memperbaikinya, walaupun saya ini masih bodoh.
Ahmad Saiful Hadi-Alkaoszy trimo
mateng e wae Mas......instruksi dr 50 Kali sholat jd 5 X saja n berita berita
dr langit lainne......yen dinalar : vusing
Ahmad Saiful Hadi-Alkaoszy saat di Al
Aqsho : Nabi meng-imami mbah mbah nya dulu ( Adam, Isa, Musa dll).....hanya
Iman yg bicara.......
Ahmad Nasyith Lik Saiful, pancen bener yen dinalar pancen
"vusing", mulane untuk mentadabburi juga harus pakai arahan dari
qur'an juga.... jgn memaksakan menalar sesuatu yg memang tidak akan mampu
dinalar oleh manusia, spt ttg RUH (QS 17:85)
mengenai QS 33:21 bhw Rasulullah adalah uswah hasanah, memang betul,
meskipun dalam "meneladani" Rasulullah itu juga harus mengikuti
petunjuk yg dijelaskan Rasulullah, krn tidak setiap yg dialami Rasulullah bisa
atau boleh kita teladani. Seperti Rasulullah
diperbolehkan Allah beristri lebih dari 4, sementara ummatnya tidak boleh
meneledaninya, Rasul dilarang memakan barang sedekah tapi ummatnya tidak boleh
meneladani Rasul dgn ikut mengharamkan sedekah bagi dirinya, Rasul wajib sholat
malam, sedang ummatnya tidak boleh meniru utk menjadikanya wajib, dll
Maka betul kalimat Mas Majid : "meneladani Nabi itu bukan (dgn cara) berangan-angan" ( tetapi harus juga mengikuti petunjuk dari Nabi )
Maka betul kalimat Mas Majid : "meneladani Nabi itu bukan (dgn cara) berangan-angan" ( tetapi harus juga mengikuti petunjuk dari Nabi )
Mengenai "mutasyabihat" memang sy juga belum menemukan dalil ttg
identifikasi ayat2 mutasyabihat itu.... Pak Lik Saiful mungkin bisa bantu, krn
beliau keliatanya rajin mengikuti kajian hadits.
Tetapi ttg adanya ayat mutasyabbih itu dalilnya jelas dan terang, QS 3:7, dan jika ditautkan dengan penjelsan Allah dlm QS 5:101 tentang adanya persoalan yg memang ketika dibahas (dipertanyakan) akan menimbulkan persoalan yg bahkan bisa menimbulkan kesulitan lebih banyak lagi, maka kata Allah "jangan mempertanyakan masalah itu" ( kecuali jika dipertanyakan ketika wahyu masih diturunkan, yaitu ketika Rasulullah masih hidup, tentu akan ada jawabanya )
Tetapi ttg adanya ayat mutasyabbih itu dalilnya jelas dan terang, QS 3:7, dan jika ditautkan dengan penjelsan Allah dlm QS 5:101 tentang adanya persoalan yg memang ketika dibahas (dipertanyakan) akan menimbulkan persoalan yg bahkan bisa menimbulkan kesulitan lebih banyak lagi, maka kata Allah "jangan mempertanyakan masalah itu" ( kecuali jika dipertanyakan ketika wahyu masih diturunkan, yaitu ketika Rasulullah masih hidup, tentu akan ada jawabanya )
Ahmad Fadholi Maaf numpang komen, frase abdihi dalam alisro'
ayat 1 barangkali bisa dijadikan petunjuk, maksud saya abdun itu tentunya
meliputi jasad nya juga, memang betul aisyah, sebagaimana dalam riwayat yang
dinukil ibnu hisyam dalam siroh berpandangan yang mengeankan isro itu
perjalanan ruhiyyah tetapi pandangan aisyah itu, jika sahih riwayatnya
bertentangan dengan riwayat riwayat lain
mengenai peristiwa isro' &
mi'roj memang diakui bhw itu peristiwa "besar & benar" adanya,
tetapi dari hadits yg menceritakan detail peristiwa tsb, masih terjadi
"pembahsan" dikalangan ahli hadits. Mengenai sanad dari hadits yg
membawakan peristiwa tsb telah diakui adalah para
rawi yg stiqoh (dipercaya), tetapi dr segi matan ada beberapa pendapat yg
menyatakan "bertentangan" dgn keterangan ayat al-qur'an. Jadi ketika
mengambil dalil dari hadits yg bercerita ttg hal yg "tidak lumrah" bg
orang selain Rasulullah spt isro' mi'raj ini memang harus "super"
hati2, lebih baik menggunakan hadits yg sudah jelas2 membahas hal yg dimaksud,
spt tentang perlunya "kesucian jiwa" ( ikhlash ) bisa rujuk pada
hadits Umar ( salah satunya)
Ahmad Nasyith Bahkan sampai ada yg berhujjah dgn matan hadits isro' mi'roj
tsb (salah satunya), untuk meyakini bahwa orang yang msih hidup bisa menemui
orang yg sudah wafat bahkan berguru (mengambil ilmu) kpd si yang sudah wafat
tsb.
Ahmad Nasyith mengenai blog, inysallah Mas.... yen tulisane wis
bisa disusun dgn rapih agar tidak salah baca, sgr di upload di blog
Ahmad Nasyith alhamdulillah, Fadholi hadir dlm diskusi "keluarga HM
Bilal".... hehe, pas ora ya istilahe? muga2 gairah "keilmuan"
keluarga HM Bilal dan keluarga santri yang lain "sumringah malih"....
tentu utk tegaknya Al-ISLAM, sbg dien.... amien
Mengenai berhujjah entah itu
berhujjah dg alqur'an dan hadits mestinya harus ada metodologi, dalam hal ini
ada baiknya kita mendiskusikan metodologinya terdahulu, dalam khasanah ulama
islam metodologi itu mereka diskusikan dalam ushul fiqh, dari sini kita bisa mendiskusikan argumen, kesimpulan
yang diklaim digali dari satu episode peristiwa dari siroh nabi, seperti isro
miroj, adapun penetapan keakuratan satu peristiwa dalam siroh nabi maka itu
adalah domain ilmu mustolah hadits, maksud saya hendaknya kita menggunakan
pisau analisis yang akurat ketika berbicara din, mekaten
Alhamdulillah Mas Fadholi ikut dlm diskusi ini. Kalau Mas Fadholi ini ustad beneran, kalau saya ini bukan santri
beneran (belajar mapan di pesantren), cuma murid sekolah yg masih perlu banyak
belajar.
Nasith, kalau tidak ditemukan di Al Qur’an dan hadis, maka apakah ada ulama
yg menyatakan bahwa ayat 1 Surat Al Isro’ itu ayat mustasyabihat?
Yang saya tahu beberapa ulama tafsir menafsirkannya (Ibnu Katsir, Al-Qurtubi, Qurash Shihab), Tentunya
mereka tidak mencari-cari
takwilnya. Mereka menafsir berdasarkan hadis Nabi SAW.
Jangan-jangan karena kaum Yahudi dan Nasroni percaya mengenai mukjizat Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa, maka ummat Islampun tidak terpengaruh kontroversinya.
Kalau Mukjizat Nabi Muhammad, kaum Yahudi, Nasroni dan kafirin yg lain tidak
percaya dan mentertawakannya. Mungkin rekayasa mereka mempengaruhi keyakinan
sebagian umat Islam.
Mengenai “orang
yang msih hidup bisa menemui orang yg sudah wafat”, baca saja Kitab Ar Ruh oleh
Ibnu Qoyyim dan Syarh Ash Shudur wa Syarh Hal al Mauwta wal Qubur oleh
Jalaluddin As Sayuti. Di kedua kitab itu dituliskan banyak dalil yang
membenarkan orang yang msih hidup bisa menemui orang yg sudah wafat”.
Jadi kalau sesuatu “pendapat” belum masuk
di akal atau belum sampai dalil-dalil yang meyakinkan belum tentu “pendapat”
itu salah.
Ahmad Nasyith Mas Majid, kemarin lalu sy berkunjung ke Pak De
Dullah, dan beliau cerita ttg dzikir yg njenegan anjurkan kpd Pak De, tetapi
Pak De "merasa" lebih cocok dgn dzikir yg pernah diajarkan simbah
bilal kpd Pak De, dan tulisan kalimat dzikir dari njenengan yang ditempel di
tembok di lepas Pak De dan disimpen.
Waktu ditanya Pak De ttg dzikir tsb (tanpa menunjukkan ke sy kalimat dzikirnya spt apa, cuma Pak De bilang kalau ada kalimat "uzair...uzair" ), sy bilang ya selama dalil ttg dzikir itu "benar" dan cara mengamalkan dzikir tsb juga sesuai dgn petunjuk Rasulullah, ya tidak masalah to Pak de....tapi kalu Pak de lebih "sreg" dgn dzikir yang diajarkan simbah bilal, ya tidak apa2 juga dilanjutkan saja, selama memang "benar" juga dalil & caranya.
Bisa di info Mas, ttg dzikir tsb ?
Waktu ditanya Pak De ttg dzikir tsb (tanpa menunjukkan ke sy kalimat dzikirnya spt apa, cuma Pak De bilang kalau ada kalimat "uzair...uzair" ), sy bilang ya selama dalil ttg dzikir itu "benar" dan cara mengamalkan dzikir tsb juga sesuai dgn petunjuk Rasulullah, ya tidak masalah to Pak de....tapi kalu Pak de lebih "sreg" dgn dzikir yang diajarkan simbah bilal, ya tidak apa2 juga dilanjutkan saja, selama memang "benar" juga dalil & caranya.
Bisa di info Mas, ttg dzikir tsb ?
Ahmad Nasyith mengenai kitab Ar-Ruh nya Ibnu Qoyyim, yg insyallah Mas majid
sudah mempelajarinya, apa boleh tanya yg disebutkan dlm kitab itu ketika
seorang yg masih hidup itu bertemu dgn yang sudah wafat, hal apa saja yang bisa
ditanyakan kpd si orang yg telah wafat itu. Apakah juga termasuk hal2 terkait
permasalahan "syari'at" dlm agama Allah, termasuk konfirmasi/koreksi
atas suatu bentuk/cara (kaifiyah) suatu amal
Ahmad Nasyith peristiwa isro' mi'roj yg disebutkan dlm QS 17:1 itu jelas
menerangkan kebenaran ttg peristiwanya, dan tentang hal ini sy setuju tidak ada
syubhat dlm ayat tsb. Tetapi mengenai dgn atau tanpa jasad, sy malah tidak
menyinggung perkara ini ( Fadholi justru yg bikin komentar ttg jasad ini).
Tetapi yg menjadi "concern" sy adalah ttg komentar mas Majid yg
merujuk pada hadits ttg uraian detail proses isro' & mi'roj itu ( salah
satunya dr Anas Bin Malik, RA dlm shoheh muslim )
Ahmad Fadholi Koq dadi dowo yo?, ra popo, saya mau nimbrung masalah dzikir
dalam arti sempit, wirid orang jawa bilang. Kalau kita amati memang banyak
redaksi dari doa dan dzikir, baik yang ma'tsur maupun gubahan para ulama. Kalau
saya cenderung yang ma'tsur bukan gubahan. Banyak sekali ahli hadits yang
menghimpun redaksi dzikir dalam karya mereka seperti al-adzkar annawawi, kitab
aljami' dalam bulughul maram ibnu hajar, amaali alyaum wa allailah dan masih
banyak lagi, memang tidak ada larangan melafadzkan doa/hizb/sholawat dari
gubahan para ulama namun pastilah ada catatan catatan dari gubahan tsb, karena
tidak sedikit alam pikiran para ulama penggubah tadi masuk, maka amannya kita
melafadzkan doa/wirid/dzikir yang ma'tsur sekaligus menghidupkan sunnah.
Ahmad Fadholi Saya ambil contoh dzikir yang berasal dari gubahan,
spesifiknya sholawat (karena sholawat juga termasuk dzikir), dalam hal ini
contoh yang saya ambil adalah kitab afdlolussholawaat karya yusuf annabhani,
meski yusuf annabhani juga menekuni disiplin ilmu hadits, namun dalam kitab
afdolusholawat, bacaan yang beliau himpun tidak masuk dalam saringan kesahihan
ilmu hadits, sehingga muncul kontroversi dalam bacaan bacaannya, misalnya
sholawat nariyah (yang tercantum dalam kitab tersebut, maka pastilah ada
kontroversi dalam sholawat nariyah tsb, dan dalam hal ini mbah bilal (meski
saya tidak tahu persis) pasti menolak redaksi sholawat nariyah tsb, pun pula
beliau juga akan menolak redaksi doa/dzikir/wirid dst yang mengandung
kontroversi redaksinya plus jika kesahihan redaksinya tidak memenuhi kriteria
sohih dalam ilmu hadits.
Ahmad Fadholi Maksud saya dari dua komen sebelum ini agar kita mengamalkan
dzikir/wirid/hizb dsb dari sumber yang terpercaya, yang sudah melalui saringan
kesahihan ilmu hadits, dan itupun sudah banyak sekali, misal jika kita mendoakan
orang yang sakit bukanlah lebih baik kita mendoakan si sakit dengan doa yang
diajarkan nabi, mis Allahumma Robbannaasi, adzhibil ba'sa, Anta Asyaafi, laa
syifaa'a illaa syifaa'aka, syifaan laa yughodiru saqoman dsb, mekaten, nyuwun
ngapunten mas mas sedanten
Idris Madjidi Kalau nafsu amarah, dlm hal ini gengsi, bahwa orang dianggap
lebih bodoh kok diikuti, bisa menjadi masalah. Dzkir yg dimaksud itu adalah
berdasar hadis riwayat Ubadah bin Shomit, mengenai syahadat. hadis itu
disahihkan oleh Bukhori dan Muslim dalam bab Roja. Hadis itu juga ada di
Riyadhus Sholihin. Apa salah mengamalkan hadis itu? Kalau Mbah Bilal belum
pernah mengajarkan, apakah saya juga salah.
Ahmad Nasyith Syahadat adlh hal yg "penting & pokok", bahkan
pilar 1 bangunan al-islam adlh syahadat.
Mengenai redaksi syahadat memang tdk hanya 1 macam, salah 1nya dr bin syamit itu. Dan dlm redaksi syahadat maka hal ini adlh "tauqifi", hanya Rasululah yg berhak.
Demikian pula ttg "tata cara" mengamalkan syahadat tsb jg adlh "tauqifi", tdk bisa diamalkan semaunya (meskipun baik tujuanya dan terbukti posisitf dampaknya bg org yg mengamalkanya), harus rujuk pd apa yg diajarkan Rasulullah.
Maka memang bukan soal apakh sdh diajarkan simbah apa blm, tp siapapun yg mengajarkan memang harus jelas ttg "bunyi/isi" syahadatnya dan bagaimana cara mengamalkanya, krn ini perkara "tauqifi".
Mengenai redaksi syahadat memang tdk hanya 1 macam, salah 1nya dr bin syamit itu. Dan dlm redaksi syahadat maka hal ini adlh "tauqifi", hanya Rasululah yg berhak.
Demikian pula ttg "tata cara" mengamalkan syahadat tsb jg adlh "tauqifi", tdk bisa diamalkan semaunya (meskipun baik tujuanya dan terbukti posisitf dampaknya bg org yg mengamalkanya), harus rujuk pd apa yg diajarkan Rasulullah.
Maka memang bukan soal apakh sdh diajarkan simbah apa blm, tp siapapun yg mengajarkan memang harus jelas ttg "bunyi/isi" syahadatnya dan bagaimana cara mengamalkanya, krn ini perkara "tauqifi".
Ahmad Nasyith Dlm hadits bin shomit itu di awal matanya "man
syahida...", jd apa yg disampaikan bin shomit adlh kalimat syahadat.
Makanya coba dilihat saja apkh redaksi dr "wirid" yg dibaca skrg ini sama dgn matan hdtsnya atau sdh ada perubahan. Jika ada prbahn maka tentu sanadnya sdh bkn dr bin shomit lg.
Dan ttg kaifiyah wiridnya, apakah jg ada sanad yg sampai ke Rasulullah, jika ternyata tdk, maka saran Fadholi agar "berhati-hati" dlm urusan syahadat yg tauqifi ini, bisa diambil...wallaahu a'lam bisshowaab
Makanya coba dilihat saja apkh redaksi dr "wirid" yg dibaca skrg ini sama dgn matan hdtsnya atau sdh ada perubahan. Jika ada prbahn maka tentu sanadnya sdh bkn dr bin shomit lg.
Dan ttg kaifiyah wiridnya, apakah jg ada sanad yg sampai ke Rasulullah, jika ternyata tdk, maka saran Fadholi agar "berhati-hati" dlm urusan syahadat yg tauqifi ini, bisa diambil...wallaahu a'lam bisshowaab
Ngapunten
mas nasyith mas majid, saya belum nyambung dg redaksi dzikir yang njenengan
njenengan bicarakan, makanya saya fokus pada batasan batasan kaifiyah
dzikir/doa termasuk dalam redaksi, saya tidak 100 % menolak gubahan
dzikir/doa/wirid....tapi ada batasan dari asy
syaukani yang menarik yaitu gubahan tersebut tidak bertentangan dg yang ma'tsur
(nail author) maka kalau saya boleh tahu, redaksi yang dibicarakan itu seperti
apa? Dan kalau itu diklaim ma'tsur boleh ditampilkan detailnya, mengingat
jumlah hadits yang begitu banyaknya, sehingga mudah melacaknya, tadi saya cari
secara digital tapi saya belum yaqin bahwa itu yang dimaksud
Karena banyak pendapat yang sudah di luar tema Isrok Mikroj, maka saya
tutup dulu diskusi ini. Dan
saya sampaikan link pendapat Prof Quraish Shihab mengenai Isrok Mikroj di http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/Isra.html
Mengenai topik lain akan saya buka (insya Alloh) di status yang baru.
Perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis,
kemudian naik ke Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya,
serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan tantangan
terbesar sesudah Al-Quran disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Pe...
Ahmad Nasyith
Ya Mas.... wa'alaikumsalam
Ahmad Fadholi Jazakumullah
mas, diingatkan, memang kadang kadang dalam perkataan ada laghwu, tapi dalam
link tsb ada yang dilupakan, kondisi dakwah pada saat peristiwa isro miroj dan
kondisi dakwah pasca isro mi'roj, mungkin analisis albuthi dalam fiqh siroh,
manhaj haraki munir ghodban bisa membantu, disamping siroh ibn hisyam sendiri. Postingan berikutnya mengenai yang njenengan diskusikan dg
mas nasyith ditunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar