26 Apr 2013

Tafsir Ibnu Katsir : Ringkasan dan TerjemahNYA, Ringkasan Yang Sahih atau Penyunatan



Diskusi

Tafsir Ibnu Katsir : Ringkasan dan Terjemah - Ringkasan Yang Sahih atau Penyunatan?


Tulisan ini adalah diskusi yang berlangsung di Facebook grup Pengajian Al Islam Solo.
Diskusinya cukup menarik dan silahkan pembaca menyimpulkannya sendiri.

MENGENAL SEKILAS TAFSIR IBNU KATSIR <semoga menambah wawasan pengetahuan kita....aamiin 3x>

I. PENDAHULUAN

Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur’an al-‘Azim, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat Islam. Beliau telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyusunnya. Tidak mengherankan jika penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat (baik hadits maupun atsar), bahkan hampir seluruh hadits riwayat Imam Ahmad yang terdapat dalam Kitab al-Musnad tercantum dalam kitab ini.

Beliau menggunakan rujukan-rujukan penting lainnya yang sangat banyak, sehingga sangat bermanfaat dalam berbagai disiplin ilmu agama (seperti aqidah, fiqh, dan lain sebagainya). Sangat wajar apabila Imam As-Suyuthi berkata : “ Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya.”

II. PEMBAHASAN

A. Biografi Pengarang

Beliau adalah imam yang mulia Abdul Fida Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Quraisy al-Busharwi yang berasal dari kota Basharah, kemudian menetap di Damascus. Beliau lahir pada tahun 705 H dan wafat pada tahun 774 H. Beliau adalah seorang ulama yang terkenal dalam bidang tafsir, hadits, sejarah, dan fiqh. Beliau mendengar hadits dari ulama-ulama Hidjaz dan mendapat ijazah dari al-Wani serta mendapat asuhan dari ahli ilmu hadits terkenal di Suriah yaitu Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mazi mertuanya sendiri.

Ayahnya meninggal ketika beliau masih berusia 6 tahun, oleh karena itu sejak tahun 706 H beliau hidup bersama kakaknya di Damascus.
Beliau juga berguru kepada Ibnu Taimiyah dan sangat mencintai gurunya itu. Sebagian ulama menggangap beliau sebagai salah seorang murid Ibnu Taimiyah yang paling setia dan paling gigih mengikuti pandangan gurunya dalam masalah fiqh dan tafsir.

B. Latar Belakang Penulisan

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”(QS. Ali Imran 187)

Dengan firman Allah di atas, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam firman Allah dan tafsirya.

C. Bentuk, Metode dan Coraknya

Tafsir Ibnu Katsir dipandang sebagai salah satu tafsir bi al-ma’tsur yang terbaik, berada hanya setingkat di bawah tafsir Ibnu Jarir at-Thabary. Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an berdasarkan hadits-hadits dan atsar-atsar yang disanadkan kepada perawinya, yaitu para sahabat dan tabi’in.
Dalam bidang tafsir, Ibnu Katsir mempunyai metode tersendiri. Menurutnya jika ada yang bertanya: “Apakah metode tafsir yang paling bagus?” maka jawabnya: “Metode yang paling shahih dalam hal ini adalah menafsirkan ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an.

Dan perkara-perkara yang global di satu ayat dapat ditemukan rinciannya dalam ayat lain. jika tidak mendapatkannya maka hendaklah mencarinya dalam Sunnah kerena Sunnah adalah penjelas bagi al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.”

Jadi menurut menurut hemat penulis, Ibnu Katsir dalam penafsirannya mempunyai metode sebagai berikut:

1. Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an
2. Bila penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an tidak didapatkan, maka al-Qur’an ditafsirkan dengan hadits Nabi.
3. Kalau yang kedua tidak didapatkan maka al-Qur’an harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat, karena mereka orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya ayat dalam al-Qur’an.
4. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat para tabi’in perlu diambil.

Bentuk Penafsirannya

Dari aspek bentuk penafsirannya, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim karya Ibnu Katsir ini memakai bentuk riwayat (al-ma’tsur). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penafsiran Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim yang banyak menggunakan riwayat-riwayat baik dari para sahabat maupun para tabi’in.

Metode Penafsirannya

Dari empat macam metode penafsiran yang berkembang sepanjang sejarah tafsir al-Qur’an, berdasarkan penelitian saya terhadap Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim karya Ibnu Katsir, ternyata metode yang digunakan dalam tafsir ini adalah metode analitis (tahlili).

Corak Penafsirannya

Dari beberapa corak penafsiran yang berkembang sepanjang sejarah tafsir al-Qur’an, berdasarkan penelitian saya terhadap Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim karya Ibnu Katsir, ternyata corak yang digunakan Ibnu Katsir dalam tafsir al-Qur’an al-‘Adzim adalah bercorak umum.

D. Karakteristiknya

Diantara ciri khas tafsir Ibnu Katsir adalah perhatiannya yang besar kepada masalah tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an (menafsirkan ayat dengan ayat). Sepanjang pengetahuan saya, tafsir ini merupakan tafsir yang paling banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang bersesuaian maknanya, kemudian diikuti dengan penafsiran ayat dengan hadits-hadits marfu’ yang relevan dengan ayat yang sedang ditafsirkan, menjelaskan apa yang menjadi dalil dari ayat tersebut. Selanjutnya diikuti dengan atsar para sahabat, pendapat tabi’in dan ulama salaf sesudahnya.

Dalam hal ini, Rasyid Ridha berkomentar, “Tafsir ini merupakan tafsir paling masyhur yang memberikan perhatian besar terhadap riwayat-riwayat dari para mufassir salaf, menjelaskan makna-makna ayat dan hukumnya, menjauhi pembahasan masalah I’rab dan cabang-cabang balaghah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh kebanyakan mufassir, menghindar dari pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam memahami al-Qur’an secara umum atau hukum dan nasehat-nasehatnya secara khusus.”

Keistimewaan lain dari tafsir Ibnu Katsir adalah daya kritisnya yang tinggi terhadap cerita-cerita Israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab tafsir bil-ma’tsur, baik secara global maupun mendetail.

E. Perbedaan dengan Tafsir At-Thabari

Kitab tafsir at-Thabari yaitu “Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an”, merupakan tafsir paling besar dan utama, menjadi rujukan penting bagi para mufassir bil-ma’tsur. Para ulama sependapat bahwa belum pernah sebuah kitab tafsir pun yang ditulis sepertinya. Sehingga Ibnu Katsir pun banyak menukil darinya. Tidak aneh lagi jika tafsir Ibnu Katsir memiliki sedikit kemiripan dengan tafsir at-Thabari.

Namun dari persaman itu memunculkan perbedaan diantara kedua kitab tafsir itu, yaitu diantaranya pada kitab tafsir at-Thabari memaparkan tafsir dengan menyandarkan kepada sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Sehingga pada kitab tafsir at-Thabari terdapat cerita-cerita Israiliyat. Berbeda dengan kitab tafsir Ibnu Katsir, beliau sangat kritis terhadap cerita-cerita Israiliyat.

DAFTAR PUSTAKA
Ad-Damsyiqi, Abu al-Fida Ismail ibn Katsir. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim. Beirut: Darul Fikr. 1997
Adz-Dzahabi, Muhammad Husein, At-Tafsir wa Al-Mufassirun, Juz I, Kairo: Dar al-Kutub, 1961
Al-Qatthan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. terj. Mudzakir. Jakarta: Litera Antar Nusa. 1998
Baidan, Nasruddin. Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai. 2003
Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir-Tafsir Al-Qur’an Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Bandung: Pustaka. 1987
Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama R.I. 1984

Idris Madjidi Kalau terjemah ringkasan tafsir Ibnu Katsir sebagian diantaranya tidak shahih.

Muhamad Natsir apa dasar madjid mengatakan dgn sgt meyakinkan bhw itu tdk sahih ?

Idris Madjidi Saya sudah melihat perbedaan buku Terjemah ringkasan tafsir Ibnu Katsir dengan text berbahasa Arab Tafsir Ibnu Katsir, pada sebagian ayat. Contoh tafsir mengenai ayat 35 S Al Maidah.
Untuk lebih meyakinkan Mas Muhamad Natsir, silahkan baca Tafsir Ibnu Katsir yg dulu ada di Pak De Muhtadi dengan Terjemah ringkasan tafsir Ibnu Katsir.

Muhamad Natsir lebih afdhol jika Madjid meng upload teks aslinya dgn terjemahan aslinya lalu menampilkan terjemahan/tafsiran versi Madjid sehingga para pembaca bisa melihat dgn jelas letak ketidak sahihannya krn jika Madjid mengatakan kesimpulan tdk sahih sementara tdk ada dasar yg dipakai pijakannya itu ibarat, jump into conclusion....maaf jika komentar ini kurang berkenan....biarlah pembaca yg menilai. Pandangan Madjid spt nya berdasarkan informasi yg belum final....

Ahmad Nasyith urun info :
Allah swt berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, bertakwalah atau patuhlah kepada Allah swt dan carilah perantara yang dapat mendekatkan kepada Allah SWT dan berjuanglah di jalan Allah swt, agar kamu mendapatkan keberuntungan” (QS.Al-Maidah-35).
Berkata Imam Ibn katsir menafsirkan ayat ini :
Wasilah adalah sesuatu yang menjadi perantara untuk mendapatkan tujuan, dan merupakan perantara pula ilmu tentang setinggi tinggi derajat, ia adalah derajat mulia Rasulullah saw di Istana beliau saw di sorga. Dan itu adalah tempat terdekat di sorga ke Arsy, dan telah dikuatkan pd shahih Bukhari dari jalan riwayat Muhammad bin Al Munkadir, dari Jabir bin Abdillah ra, sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg berdoa ketika mendengar seruan (adzan) :Wahai Alla Tuhan Pemilik Dakwah ini Yang Maha Sempurna, dan Shalat Yang didirikan, berilah Muhammad perantara dan anugerah, dan bangkitkanlah untuk beliau saw derajat yg terpuji yg telah Kau Janjikan pada beliau saw, maka telah halal syafaat dihari kiamat”.
Hadits lainnya pada Shahih Muslim, dari hadits Ka;ab dari Alqamah, dari Abdurrahman bin Jubair, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, sungguh ia mendengar Nabi saw bersabda : “Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkan seperti ucapan mereka, lalu bershalawatlah padaku, maka sungguh barangsiapa yang bershalawat padaku sekali maka Allah melimpahkan shalawat padanya 10x, lalu mohonlah untukku wasiilah (perantara), maka sungguh ia merupakan tempat di sorga, tiada diberikan pada siapapun kecuali satu dari hamba Allah, dan aku berharap agar akulah yg menjadi orang itu, maka barangsiapa yg memohonkan untukku perantara, halal untuknya syafaat.
Dan hadits lainnya berkata Imam Ahmad, diucapkan pada kami oleh Abdurrazzak, dikabarkan pada kami dari sofyan, dari laits, dari Ka;ab, dari Abu Hurairah ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : “Jika kalian shalat maka mohonkan untukku wasiilah, mereka bertanya : Wahai Rasulullah, (saw), wasiilah itu apakah? Rasul saw bersabda : Derajat tertinggi di sorga, tiada yg mendapatkannya kecuali satu orang, dan aku berharap akulah orang itu”. Selesai ucapan Imam ibn Katsir. (Tafsir Imam Ibn Katsir pd Al Maidah 35).
ada apa dgn tafsir tsb ???

Idris Madjidi Saya tidak menganggap tidak sahih pada tafsir ibnu katsir, tetapi saya berpendapat terjemah ringkasan tafsir ibnu katsir sebagiannya tidak sahih. mesti dicermati kalimat saya ini,
Suatu tulisan atau riwayat dikatakan sahih setelah memenuhi krteria ygsangat ketat.
Pada terjmah ringkasan tafsir ibnu katsir oleh m nasib arrifai, di pengantarnya dia menulis bahwa a.l. dlm tafsir ibnu katsir terdapat hal-hal yg kotor (hadis dhaif, hadis palsu, israiliyat dll). maka peringkasnya itu membuangnya. itu adalah opini si peringkas. dlm hal ini hadis-hadis dan atsar yg lain pada tafsir ibnu katsir tentu layak ditampikan oleh beliau sbg sebuah tafsir. kalau hanya pengulangan hadis itu layak untuk diringkas, sebagaimana sanad-sanad pada sahih Bukhori yg panjang diringkas.
si peringkas sudah menilai tafsir ibnu katsir mengandung kotoran, tetapi saya sendiri tidak berani menilai tafsir ibnu katsir apakah mengandung kotoran. itulah sehingga saya berpendapat buku ringkasan tafsir itu sebagiannya tidak sahih.
Idris Madjidi Sebagian perbedaan antara tafsir ibnu katsir dengan ringkasannya telah saya upload di notes grup Al Islam ini dg judul "Tafsir Ibnu Katsir Surat AnNisa 64" atau di https://www.facebook.com/groups/462168267127989/484367811574701/.

Idris Madjidi Mengenai tafsir ayat 35 surat Al maidah, pada buku ringkasan telah dihilangkan Nabi Muhammad sebagai wasilah, malah ditambahkan catatan kaki bhw menjadikan nabi Muhammad sbg wasilah itu dilarang.

Ahmad Nasyith kalu tafsir yg sy infokan di atas itu, dari terjemah atas tafsir Ibn Kastir atas QS 5:35, keliatanya memang tidak ada kalimat yg menyebutkan bhw Muhammad saw sebagai wasilah.
1. wasilah : sesuatu yang menjadi perantara untuk mendapatkan tujuan
2. wasilah : adalah "nama" sebuah tempat di surga yg brd dekat dgn arsy, yg merupakan tempat keberadaan Muhammad saw dan sbg rumah (daar) beliau di surga.
kalu yg dimaksud dgn kalimat : " 'ilmun 'aliyyul a'la" manzilatun fil jannah ( ............. yg berada di surga) >> sy blm bisa nangkap maksud kalimat " 'ilmun 'aliyyul a'la " itu, dlm kontek dgn sebuah tempat di surga.
Tapi apapun maksud dr kalimat " 'ilmun 'aliyyul a'la" tsb, tetap saja kok tidak sy temukan kalimat yg menyatakan bhw "Nabi Muhammad sebagai wasilah" .... ??
Idris Madjidi Cobalah baca terjemah ringkasan tafsir ibnu katsir oleh M Nasib ArRifai dan bandingkan dg kitab tafsir aslinya atau minimal yg telah Ahmad Nasyith tulis di atas, maka akan terlihat sebenarnya beda penafsiran di ayat 35 itu antara si peringkas dengan Ibnu Katsir.
Pada tulisan Nasyit itu tidak ada kalimat larangan menjadikan Nabi SAW sbg wasilah, tetapi di dlm terjemah ringkasan tafsir ibnu katsir oleh M Nasib ArRifai cetakan Gema Insani, termuat kalimat panjang berisikan larangan menjadikan Nabi SAW sbg wasilah.
Perbedaan penafsiran ini juga terdapat di ayat 64 An Nisa.
Jadi sebenarnya terdapat perbedaan substansi isi tafsir, bukan sekedar ringkasan
Ini mengingatkan pada kitab taurat dan injil yg karena terdapat beda pendapat dg pendapat rabbi dan pendeta yahudi nasrani, maka diubahlah kitab itu menjadi sesuai dg pendapat mereka, tetapi masih dikatakan itu adalah kitab taurat dan bibel.
Kalau berbeda pendapat, buatlah tafsir sendiri dengan judul tafsir al qur'an menurut M Nasib Ar Rifai misalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar