Hidup Manusia dan Pengelolaan Risikonya
I. Mukadimah
QS Al Kahfi/18:
84-85
“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan sesuatu sebab (jalan), maka
dia pun menempuh suatu sebab (jalan)”.
QS Yunus/10:39
“Bahkan
yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya
dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya.
Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan. Maka
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang dzalim itu”.
QS Ar Ruum/30:9
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka
bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang
yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri)
dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang
telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku
dzalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku dzalim kepada diri
sendiri”.
Setelah menyimak
beberapa ayat di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa keberhasilan seorang manusia tergantung kepada,
apakah manusia tsb., memahami dan
mengikuti atau menempuh sebab-sebab ataupun jalan-jalan sehingga dia mencapai apa yang ditujunya.
Kesimpulan ini juga berarti bahwa bila manusia tsb., mengikuti sebab/jalan yang
menjadikan dirinya gagal maka dia akan menemukan kegagalan atau tidak berhasil
mencapai tujuannya. Sebab-sebab kegagalan ini disebut dzalim atau tertutup (sadar
atau tidak sadar). Dzalim bisa berarti mendustakan terhadap apa yang belum diketahuinya
dengan sempurna, daan tidak berusaha mempelajari sejarah kegagalan manusia.
Manusia tidak dibenarkan untuk menuduh bahwa Allah lah penyebab kegagalan itu,
karena Allah yang bersifat ArRahman dan ArRahim, tidak pernah atau akan berbuat
zalim kepada manusia.
Setiap
manusia tentu menginginkan diri dan keluarganya berhasil dalam hidupnya.
Keberhasilan ini diukur relatif terhadap tujuan hidupnya.
Untuk
itulah manusia seharusnya
1. Memahami dan menentukan tujuan hidupnya.
2. Memahami dan menjalankan semua proses atau aktifitas atau amal
perbuatan yang menjadikan tujuan hidupnya tercapai.
3. Mengetahui, memahami dan mengatasi semua rintangan yang telah dan akan
dihadapinya.
4. Mengelola diri dan keluarganya sehingga tercapai tujuan hidupnya dengan
istiqomah dengan jalan lurus yang telah dipahaminya denga benar.
II. Mengetahui, Memahami dan Menentukan Tujuan Hidup
Sebagai
manusia muslim yang beriman tentunya kita, menggunakan Al Qur’an sebagai acuan
utama dalam memahami dan menentukan tujuan hidup kita.
Perhatikan
ayat-ayat Al Qur’an sbb :
QS adz-Dzaariyaat/51:
56 :
Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Sebenarnya semua makhluk diperintah untuk menyembah atau beribadah
kepada Allah SWT, tetapi karena Al Qur’an diberikan sebagai petunjuk terutama kepada
manusia dan jin maka yang disebut dalam ayat tersebut di atas adalah manusia
dan jin.
QS Shaad/38:26 :
”Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan.”
Ayat tsb., walaupun menceritakan mengenai Nabi Daud
AS, dapat diqiaskan kepada manusia mukmin, bahwa sesungguhnya mukmin itu agar
menjadi khalifah di bumi. Menjadi khalifah berarti mengelola manusia bumi
dengan adil dan tidak menuruti hawa nafsu. Hal itu berarti tidak menjadikan
bumi sebagai acuan/tujuan hidup. Acuan/tujuan hidup manusia mukmin adalah
beribadah kepada Allah SWT. Dunia (harta, anak, tahta, dsb.,) cukup dijadikan
sebagai prasarana/sarana/kendaraaan untuk tercapainya hasilnya, yaitu tujuan
hidup sebenarnya, yaitu ibadah untuk menuju alam akhirat. Tidak sedikit ulama
menjadikan agama (tatacara beribadah untuk menuju alam akhirat) sebagai kendaraan untuk
mencapai dunianya.
QS Al Anbiya/21:
107
Dan tiadalah Kami mengutus
kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
QS Al Fath/48 :29
“Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar”.
Nabi Muhammad di utus untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, begitupun
kaum mukmin yang bersama beliau bersifat kasih sayang. Jadi tugas hidup mukmin
juga untuk menebar rakhmat untuk alam semesta.
Mengapa kaum muslim saat ini tidak menjadikan rakhmat
di dunia, karena hidup kaum muslim tsb yang salah prosedur. Bila prosedur yang
digunakan tidak sesuai dengan ketentuan Allah, maka yang akan terjadi adalah laknat
untuk dunia.
QS Al Ahzab/33:72
:
”Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanah* kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,”
(*Yang dimaksud dengan
amanah di sini ialah tugas-tugas keagamaan)
Tugas-tugas keagamaan yang sangat berat tsb. jika dikerjakan sendiri,
maka kegagalan yang akan didapat. Tetapi bila tugas tsb., dilaksanakan dengan
berjamaah, maka peluang keberhasilannya akan lebih besar.
QS Al Maidah/5:105
:
”Hai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu
apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali
semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
QS At Tahriim/66:6;
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”
QS
Maryam/19 :71-72
“Dan
tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi
Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim
di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.
QS
Al Fajr 27-30
“Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam
syurga-Ku.”
Kesimpulan Awal
Setelah
memperhatikan ayat-ayat tsb., dapat disimpulkan bahwa misi dan tujuan hidup manusia
muslim-mukmin yang taat dan beriman kepada Allah SWT, antara lain :
a.
Beribadah kepada Allah, menurut aturan-aturan Nya.
b.
Melaksanakan amanah untuk
beribadah kepada Allah, yang antara lain menjadi pemimpin-pengelola alam
(pemimpin: diri sendiri, keluarga, atau suatu kaum) dan meneruskan perjuangan para
nabi terutama Nabi Muhammad SAW, untuk menjadikan rahmat Allah mewujud di alam
semesta ini.
c.
Memelihara diri dan keluarga dari
api neraka dan kembali kepada kepada rahmat Ar Rahim Allah SWT, yaitu diridhai-Nya
dan masuklah ke dalam syurga-Nya.
III. Memahami Dan Menjalankan Semua Proses Untuk Mencapai Tujuannya
Perhatikan
ayat-ayat Al Qur’an sbb :
QS
Al Fatihah/1: 5-7
Hanya kepadaMu (Ya Alloh) kami menyembah dan
hanya kepadaMu pada hakekatnya kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke
jalan yang lurus, yaitu jalannya mereka (para nabi, shidiqin, syuhada,
sholihin) yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalannya mereka yang Engkau
murkai, dan bukan jalannya mereka yang sesat.
QS: Al
Baqarah/2 : 208
"Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu ". QS: Al Baqarah/2 : 208.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang
yang Shiddiq ". QS.
At Taubah/9 : 119.
"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama sama
orang-orang yang ruku". QS.
2/43.
QS. Ash Shaff/61: 10 – 12
-
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?
- (yaitu) kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
- niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga
Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
QS Al
Imran/3:103
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
QS Al ‘Ashr/103 :
“Demi
masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”
Dan banyak ayat lain...........
Sampai ke suatu akhir proses amal manusia :
QS Ar Ruum/30:57:
“Dan berkata orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir):
"Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah,
sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu
tidak meyakini(nya).". “Maka pada hari itu tidak
bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang dzalim permintaan udzur mereka, dan
tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi.”
Setelah
memperhatikan ayat-ayat tsb., dapat disimpulkan bahwa proses yang dilakukan
untuk mencapai tujuan manusia muslim yang beriman antara lain :
a. Menjalankan Al-Islam secara keseluruhannya, dan tidak menuruti langkah-langkah setan. Yang dapat diartikan bahwa dalam
setiap aktifitas kita, seharusnya kita selalu berpikir apakah setiap aktifitas
tsb., berkaitan dengan dukungan untuk mencapai tujuan hidup manusia menurut Al
Qur’an tsb., atau sebaliknya malah menggagalkannya. Jadi setiap aktifitas bisa
dikategorikan :
-
Wajib,
bila aktifitas diperlukan sebagai modal untuk mendukung tujuan hidup tsb,
-
Sunah,
bila aktifitas diperlukan untuk menambah modal atau menutup kerugian dalam mendukung
tujuan hidup tsb.,
-
Haram,
bila aktifitas dilaksanakan hanya mengurangi
modal atau menambah kerugian dalam mendukung tujuan hidup tsb.,
-
Mubah,
bila aktifitas dilaksanakan tidak mengurangi
modal atau tidak menambah kerugian dalam mendukung tujuan hidup
tsb. Dalam derajad manusia yang lebih
tinggi, aktifitas mubah ini, berarti menyia-nyiakan modal waktu manusia yang
sangat sedikit atau sangat terbatas.
b.
Berjamaah/berorganisasi dalam menjalankan kehidupan untuk beribadah,
-
dengan
bekerja sama dalam beribadah/beraktifitas meniti jalan yang lurus,
-
saling
mengingatkan dalam kebenaran dan sabar, supaya efektif dan tidak tersesat,
-
memahami
dan berhati hati dalam beramal sholeh karena adanya rintangan-rintangan (antara
lain adanya setan yang merintangi jalan)
IV. Memahami dan Mengatasi Semua Rintangan Yang Telah Dan Akan Dihadapinya dalam Rangka Mencapai Tujuan
Menurut Imam
Ghozali dalam Kitab Minhajul Abidin, rintangan yang dihadapi manusia dalam
beribadah kepada Allah SWT sbb :
- Dunia
- Manusia
- Setan
- Hawa nafsu
4.1. Dunia
QS Al Baqoroh/2: 86 :
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan
(kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak
akan ditolong”.
QS Al Baqoroh/2: 212 :
“Kehidupan
dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang
hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih
mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.
QS Al Hadiid/57:20 :
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.
4.2. Manusia
QS Al An’aam/6: 116 :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di
muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah)*”.
(*Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah
diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah,
menyatakan bahwa Allah mempunyai anak).
Ibnu Mas'ud r.a. menceritakan pula kepada
Harits bin Umairah suatu hadis nabi :
"Jika umurmu panjang kelak akan tahu bahwa akan datang satu zaman dimana banyak ahli pidato tetapi
sedikit orang yang alim. Dan banyak peminta sedikit pemberi, dan hawa nafsu mengalahkan ilmu. Ibnu Umairah bertanya, "Ya Rasulullah, kapan akan
terjadi zaman itu?", Rasulullah Saw.
menjawab : "Yaitu jika salat
tidak lagi menjadi pehatian, suap menyuap telah membudaya, dan
agama telah dijual untuk kepentingan
dunia. Maka, carilah keselamatan, carilah keselamatan!"
4.3. Setan
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Faathir/35: 6)
''Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).'' (QS Al-A'raf/7:16-17).
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al Baqarah/2:168).
“'Hai anak Adam, janganlah
sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia
dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.' (QS Ala'raf/7:27).
4.4. Hawa Nafsu
QS Al Furqon/25: 43
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
QS Al Jatsiah/45:23 :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya
dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran?
1384].
Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa
dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
QS Asy Syuura/42:15
:
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan
tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu
mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan
Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan
kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.
Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya lah kembali (kita)"
QS Al Qashas 50
:
“Maka jika mereka tidak menjawab
(tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa
nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.”
Menurut
Imam Ghozali, mengelola hawa nafsu ini adalah yang paling sulit diantara
rintangan-rintangan lain yang telah disebutkan di atas.
Kesimpulan Akhir
Memahami
tujuan hidup menjadi kewajiban setiap manusia yang beriman. Manusia yang
beriman diwajibkan menjalankan aktifitas yaitu beramal sholeh (a.l. Sholat,
puasa, zakat, haji dsb.) untuk mencapai derajad ketaqwaan. Untuk mencapai derajad taqwa banyak rintangan
dan cobaan yang akan dihadapi.
Rintangan-rintangan
berupa dunia, manusia, setan, hawa nafsu dan lain-lain rintangan tsb., dapat
menimbulkan risiko pada diri manusia sehingga manusia menyimpang dari tujuannya
semula.
Kita,
sebagai manusia yang beriman, seharusnya memahami semua rintangan kita,
sehingga kita mengetahui cara untuk mengatasi dan mengelola diri kita dalam
menjalankan semua aktifitas kita di dunia maupun di alam barzah.
Kemudian
untuk mencapai tujuan hidup kita yang hakiki secara efektif kita menggunakan
metoda-metoda yang kita pelajari dari berbagai sumber yang haq : Al Qur’an, Al Hadist,
Ulama pewaris Nabi yang bisa menjelaskan perintah Alloh dan RasulNya secara
sahih. dsb.
Bandung, 24 Ramadhan
1427 H / 16 Oktober 2006
Idris Madjidi