29 Mar 2013

Hidup Manusia dan Pengelolaan Risikonya



Hidup Manusia dan Pengelolaan Risikonya

I. Mukadimah


QS Al Kahfi/18: 84-85
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan sesuatu sebab (jalan), maka dia pun menempuh suatu sebab (jalan)”.

QS Yunus/10:39
 Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang dzalim itu”.

QS Ar Ruum/30:9
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku dzalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku dzalim kepada diri sendiri”.

Setelah menyimak beberapa ayat di atas, kita dapat  menyimpulkan bahwa keberhasilan seorang manusia tergantung kepada, apakah manusia  tsb., memahami dan mengikuti atau menempuh sebab-sebab ataupun jalan-jalan  sehingga dia mencapai apa yang ditujunya. Kesimpulan ini juga berarti bahwa bila manusia tsb., mengikuti sebab/jalan yang menjadikan dirinya gagal maka dia akan menemukan kegagalan atau tidak berhasil mencapai tujuannya. Sebab-sebab kegagalan ini disebut dzalim atau tertutup (sadar atau tidak sadar). Dzalim bisa berarti mendustakan terhadap apa yang belum diketahuinya dengan sempurna, daan tidak berusaha mempelajari sejarah kegagalan manusia. Manusia tidak dibenarkan untuk menuduh bahwa Allah lah penyebab kegagalan itu, karena Allah yang bersifat ArRahman dan ArRahim, tidak pernah atau akan berbuat zalim kepada manusia.
Setiap manusia tentu menginginkan diri dan keluarganya berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan ini diukur relatif terhadap tujuan hidupnya.
Untuk itulah manusia seharusnya
1.     Memahami dan menentukan tujuan hidupnya.
2.     Memahami dan menjalankan semua proses atau aktifitas atau amal perbuatan yang menjadikan tujuan hidupnya tercapai.
3.     Mengetahui, memahami dan mengatasi semua rintangan yang telah dan akan dihadapinya.
4.     Mengelola diri dan keluarganya sehingga tercapai tujuan hidupnya dengan istiqomah dengan jalan lurus yang telah dipahaminya denga  benar.

II. Mengetahui, Memahami dan Menentukan Tujuan Hidup

Sebagai manusia muslim yang beriman tentunya kita, menggunakan Al Qur’an sebagai acuan utama dalam memahami dan menentukan tujuan hidup kita.
Perhatikan ayat-ayat Al Qur’an sbb :

QS adz-Dzaariyaat/51: 56 : 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Sebenarnya semua makhluk diperintah untuk menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tetapi karena Al Qur’an diberikan sebagai petunjuk terutama kepada manusia dan jin maka yang disebut dalam ayat tersebut di atas adalah manusia dan jin.

QS Shaad/38:26 :
”Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

Ayat tsb., walaupun menceritakan mengenai Nabi Daud AS, dapat diqiaskan kepada manusia mukmin, bahwa sesungguhnya mukmin itu agar menjadi khalifah di bumi. Menjadi khalifah berarti mengelola manusia bumi dengan adil dan tidak menuruti hawa nafsu. Hal itu berarti tidak menjadikan bumi sebagai acuan/tujuan hidup. Acuan/tujuan hidup manusia mukmin adalah beribadah kepada Allah SWT. Dunia (harta, anak, tahta, dsb.,) cukup dijadikan sebagai prasarana/sarana/kendaraaan untuk tercapainya hasilnya, yaitu tujuan hidup sebenarnya, yaitu ibadah untuk menuju alam akhirat. Tidak sedikit ulama menjadikan agama (tatacara beribadah untuk  menuju alam akhirat) sebagai kendaraan untuk mencapai dunianya.

QS Al Anbiya/21: 107

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam

QS Al Fath/48 :29

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Nabi Muhammad di utus untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, begitupun kaum mukmin yang bersama beliau bersifat kasih sayang. Jadi tugas hidup mukmin juga untuk menebar rakhmat untuk alam semesta.
Mengapa kaum muslim saat ini tidak menjadikan rakhmat di dunia, karena hidup kaum muslim tsb yang salah prosedur. Bila prosedur yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan Allah, maka yang akan terjadi adalah laknat untuk dunia.

QS Al Ahzab/33:72 :

”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah* kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh,”
(*Yang dimaksud dengan amanah di sini ialah tugas-tugas keagamaan)

Tugas-tugas keagamaan yang sangat berat tsb. jika dikerjakan sendiri, maka kegagalan yang akan didapat. Tetapi bila tugas tsb., dilaksanakan dengan berjamaah, maka peluang keberhasilannya akan lebih besar.

QS Al Maidah/5:105 :
”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.


QS At Tahriim/66:6;

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

QS Maryam/19 :71-72

“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.

QS Al Fajr 27-30

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

Kesimpulan Awal

Setelah memperhatikan ayat-ayat tsb., dapat disimpulkan bahwa misi dan tujuan hidup manusia muslim-mukmin yang taat dan beriman kepada Allah SWT, antara lain :
a.      Beribadah kepada Allah, menurut aturan-aturan Nya.
b.     Melaksanakan amanah untuk beribadah kepada Allah, yang antara lain menjadi pemimpin-pengelola alam (pemimpin: diri sendiri, keluarga, atau suatu kaum) dan meneruskan perjuangan para nabi terutama Nabi Muhammad SAW, untuk menjadikan rahmat Allah mewujud di alam semesta ini.
c.      Memelihara diri dan keluarga dari api neraka dan kembali kepada kepada rahmat  Ar Rahim Allah SWT, yaitu diridhai-Nya dan masuklah ke dalam syurga-Nya.

 

III. Memahami Dan Menjalankan Semua Proses Untuk Mencapai Tujuannya


Perhatikan ayat-ayat Al Qur’an sbb :

QS  Al Fatihah/1: 5-7

Hanya kepadaMu (Ya Alloh) kami menyembah dan hanya kepadaMu pada hakekatnya kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalannya mereka (para nabi, shidiqin, syuhada, sholihin) yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalannya mereka yang Engkau murkai, dan bukan jalannya mereka yang sesat.

QS: Al Baqarah/2 : 208

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut  langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu ". QS: Al Baqarah/2 : 208.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang Shiddiq ". QS. At Taubah/9 : 119.

"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama sama orang-orang yang ruku". QS. 2/43.

QS. Ash Shaff/61: 10 – 12
-   Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?
-   (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
-   niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

QS Al Imran/3:103

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

QS Al ‘Ashr/103  :

 “Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”

Dan banyak ayat lain...........

Sampai ke suatu akhir proses amal manusia :

QS Ar Ruum/30:57:

“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).".  “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang dzalim permintaan udzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi.”


Setelah memperhatikan ayat-ayat tsb., dapat disimpulkan bahwa proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan manusia muslim yang beriman antara lain :
a.      Menjalankan Al-Islam secara keseluruhannya, dan tidak menuruti langkah-langkah setan. Yang dapat diartikan bahwa dalam setiap aktifitas kita, seharusnya kita selalu berpikir apakah setiap aktifitas tsb., berkaitan dengan dukungan untuk mencapai tujuan hidup manusia menurut Al Qur’an tsb., atau sebaliknya malah menggagalkannya. Jadi setiap aktifitas bisa dikategorikan :
-         Wajib, bila aktifitas diperlukan sebagai modal untuk mendukung tujuan hidup tsb,
-         Sunah, bila aktifitas diperlukan untuk menambah modal atau menutup kerugian dalam mendukung tujuan hidup tsb.,
-         Haram, bila aktifitas dilaksanakan hanya mengurangi  modal atau menambah kerugian dalam mendukung tujuan hidup tsb.,
-         Mubah, bila aktifitas dilaksanakan tidak mengurangi  modal atau tidak menambah kerugian dalam mendukung tujuan hidup tsb.  Dalam derajad manusia yang lebih tinggi, aktifitas mubah ini, berarti menyia-nyiakan modal waktu manusia yang sangat sedikit atau sangat terbatas.
b.     Berjamaah/berorganisasi dalam menjalankan kehidupan untuk beribadah,
-         dengan bekerja sama dalam beribadah/beraktifitas meniti jalan yang lurus,
-         saling mengingatkan dalam kebenaran dan sabar, supaya efektif dan tidak tersesat,
-         memahami dan berhati hati dalam beramal sholeh karena adanya rintangan-rintangan (antara lain adanya setan yang merintangi jalan)


IV. Memahami dan Mengatasi Semua Rintangan Yang Telah Dan Akan Dihadapinya dalam Rangka Mencapai Tujuan

    
Menurut Imam Ghozali dalam Kitab Minhajul Abidin, rintangan yang dihadapi manusia dalam beribadah kepada Allah SWT sbb :
  1. Dunia
  2. Manusia
  3. Setan
  4. Hawa nafsu


4.1. Dunia

QS Al Baqoroh/2: 86 :
“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong”.
QS Al Baqoroh/2: 212 :
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.
QS Al Hadiid/57:20 :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

4.2. Manusia


QS Al An’aam/6: 116 :

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)*”.
(*Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak).

Ibnu Mas'ud r.a. menceritakan pula kepada Harits bin Umairah suatu hadis nabi :


"Jika umurmu panjang kelak akan tahu bahwa akan datang satu zaman dimana banyak ahli pidato tetapi sedikit orang yang alim. Dan banyak peminta sedikit pemberi, dan hawa nafsu mengalahkan ilmu. Ibnu Umairah bertanya, "Ya Rasulullah, kapan akan terjadi zaman itu?",  Rasulullah Saw. menjawab : "Yaitu jika salat tidak lagi menjadi pehatian, suap menyuap telah membudaya, dan agama telah dijual untuk kepentingan dunia. Maka, carilah keselamatan, carilah keselamatan!"

4.3. Setan

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Faathir/35: 6)
''Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).'' (QS Al-A'raf/7:16-17).
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS Al Baqarah/2:168).
“'Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.' (QS Ala'raf/7:27).

4.4. Hawa Nafsu


QS Al Furqon/25: 43

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”

QS Al Jatsiah/45:23 :

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
1384]. Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena Allah telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.

QS Asy Syuura/42:15 :
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)"

QS Al Qashas 50 :
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.”
Menurut Imam Ghozali, mengelola hawa nafsu ini adalah yang paling sulit diantara rintangan-rintangan lain yang telah disebutkan di atas.

 

Kesimpulan Akhir

Memahami tujuan hidup menjadi kewajiban setiap manusia yang beriman. Manusia yang beriman diwajibkan menjalankan aktifitas yaitu beramal sholeh (a.l. Sholat, puasa, zakat, haji dsb.) untuk mencapai derajad ketaqwaan.  Untuk mencapai derajad taqwa banyak rintangan dan cobaan yang akan dihadapi.
Rintangan-rintangan berupa dunia, manusia, setan, hawa nafsu dan lain-lain rintangan tsb., dapat menimbulkan risiko pada diri manusia sehingga manusia menyimpang dari tujuannya semula.
Kita, sebagai manusia yang beriman, seharusnya memahami semua rintangan kita, sehingga kita mengetahui cara untuk mengatasi dan mengelola diri kita dalam menjalankan semua aktifitas kita di dunia maupun di alam barzah.
Kemudian untuk mencapai tujuan hidup kita yang hakiki secara efektif kita menggunakan metoda-metoda yang kita pelajari dari berbagai sumber yang haq : Al Qur’an, Al Hadist, Ulama pewaris Nabi yang bisa menjelaskan perintah Alloh dan RasulNya secara sahih. dsb.

Bandung, 24 Ramadhan 1427 H / 16 Oktober 2006
Idris Madjidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar